Thursday, September 20, 2018

Satu Minggu yang Amat, Sangat Baik



Buku telah menjadi sahabatku sejak dulu. Mereka seperti semesta-semesta dalam genggaman yang sekali diselami akan membawaku pergi amat, sangat jauh dan merasakan hal yang amat, sangat gila. Aku tidak pernah merasa kesepian bersama buku (apa lagi jika itu buku tulis atau novel-novel favoritku). Mereka bisa menjadi tempat pelarian, kawan hidup, sekaligus guru. Dapat pula membuatku marah, menangis, tertawa keras, bahagia, dan lupa waktu. Namun ada satu kata tepat yang menggambarkan rasaku terhadap buku: candu.


Sudah lama rasa ini hilang. Entah karena aku merasa kehabisan bahan bacaan atau belum ada yang menyulutku. Obsesiku terhadap buku baru bangkit kembali sejak minggu lalu. Satu minggu yang berhasil mengobarkan kembali api cintaku pada buku. Satu minggu yang amat, sangat baik.

Pada tanggal 10-11 September lalu, aku berkesempatan mengikuti acara Litbeat Festival, yaitu sebuah acara yang berisi beragam talkshow, seminar, dan panel discussion, dengan menghadirkan 59 narasumber dari seluruh dunia. Acara tersebut diadakan di Perpustakaan Nasional.

Aku dan kenalan-kenalanku dari Komunitas Supernova menghadiri acara tersebut. Bisa mengenal orang-orang yang juga mencintai dunia buku dan bisa diajak ke acara-acara seperti ini merupakan kebahagiaan tersendiri buatku, he he he. Kami juga bisa memilih kelas mana saja yang mau diikuti.



Pada hari pertama, aku mengikuti kelas panel discussion bertema Menyajikan Buku Terbaik Untuk Sekolah dan Desa. Di kelas ini dijelaskan tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan desa-desa di Indonesia, terutama dalam membangun minat baca dengan menyediakan fasilitas yang memadai. Aku juga jadi tahu bahwa waktu membaca per minggu rata-rata orang di India adalah 10 jam 42 menit, sementara di Indonesia, tebak berapa? Hanya enam menit! Yap, aku ulangi, setiap minggu rata-rata orang Indonesia membaca cuma enam menit! Anggaplah sehari libur membaca, sisanya satu hari cuma membaca satu menit! Wow, lebih lama nunggu Gojek, bos!

Fakta ini begitu miris, padahal bangsa yang cerdas adalah bangsa yang melek literasi. Jadi nggak heran kalau banyak warganet Indonesia udah ngamuk-ngamuk duluan kalo baca sepintas judul berita, padahal baca isinya sampai habis aja belum. He he.


Kelas selanjutnya yang aku ikuti berjudul Kiat dan Siasat dalam Self Marketing oleh Ika Natassa, penulis yang namanya sudah tak asing lagi. Ia berbagi cerita tentang mempromosikan karyanya lewat media sosial. Baginya, media sosial tak seharusnya dipandang sebagai penyebab manusia zaman now meninggalkan buku. Sebaliknya, kak Ika memandangnya sebagai alat pendukung dan pelengkap untuk mempromosikan karyanya pada audiens yang lebih luas.


Berkat kelihaiannya dalam memanfaatkan sosmed, ia diajak berkolaborasi dengan Twitter untuk melakukan polling yang kemudian hasil polling tersebut dijadikan data untuk bukunya yang berjudul The Architecture of Love. Tak hanya itu, kak Ika juga dapat tiket PP gratis ke New York, salah satu setting yang ada di bukunya yang menjadi tempat impiannya! Aku membawa pulang segudang ilmu, cerita, dan kebahagiaan dari kelas kak Ika Natassa.


Hari kedua juga tak kalah seru. Keesokannya, pada tanggal 11, aku mengikuti kelas Ilustrasi Sebagai Cara Bertutur Baru yang mengundang Lala Bohang dan Dinda Puspitasari, From Page to Platform oleh Tatsuki Hirayanagi, dan Judul Keren dan Sinopsis Menawan yang diisi oleh Djoko Lelono! Ah, bahagiaaa sekali bisa mengetahui isi pikiran dari orang-orang hebat ini dan mencuri ilmu mereka.


Ada satu kejutan tak terduga di hari kedua ini. Ternyata, Dee Lestari panutanku juga menjadi peserta di salah satu kelas hari itu! Aku dibocorkan tentang berita ini oleh kak Ditta, seorang teman dekatnya yang kebetulan adalah kenalanku juga. Mendengar itu, aku langsung membawa dua buku untuk meminta tanda tangan! Dan...




Berhasil! Temanku tak sengaja melihatnya hendak naik eskalator turun. "Eh iya, itu dia!" Aku langsung kegirangan dan mengejarnya. Temanku itu ketinggalan dan rempong membawa barang bawaanku yang sengaja kutinggal demi mengejar mbak Dee. He he, maap ya kak Deby. Berdua di eskalator, aku menanyakan mbak Dee beberapa pertanyaan yang sudah kutulis di telapak tangan agar tidak lupa karena aku tahu bakal gugup. Dan benar, berbicara kepadanya membuat kakiku mendadak menjadi spaghetti.


Sesi penutupan pun tiba. Penghujung acara inilah yang paling kutunggu-tunggu karena bintang tamunya adalah Joko Pinurbo dan Oppie Andaresta! Jokpin merupakan penyair yang puisi-puisinya sudah tersebar luas di Indonesia. Salah satu bukunya yang kupunya berjudul Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. Sementara kak Oppie adalah seorang musisi yang namanya pernah disebut sebagai penyanyi terbaik no. 1 di Rolling Stones Indonesia.


Di upacara penutupan ini, kak Oppie mengaransemen beberapa puisi Jokpin menjadi lagu. Ia menyanyikannya sambil memainkan gitar kecil dengan sangat indah. Bahkan Jokpin, pencipta puisinya sendiri pun, sampai mengatakan ia tidak pernah membayangkan puisinya jadi bisa terdengar sebagus itu, hahaha. Beliau juga menjawab setiap pertanyaan dengan cerdas, jujur, kocak, namun apa adanya. Hal ini membuatku tambah menyukainya berkali lipat. Dengan Jokpin dan Oppie Andaresta di akhir acara, hari ditutup dengan amat sempurna, dan senyumku masih membentang di atas motor Gojek menuju rumah.




Hari itu, kak Ditta mengabarkan kepada kami kalau MakSur alias mbak Dee Lestari akan menerima penghargaan di IIBF (Indonesia International Book Fair) besoknya. Setelah dua hari yang tak terlupakan di acara Litbeat Festival, tampaknya hidup masih mau memberikan hadiah kecil untukku. Tanggal 12, paginya aku langsung meluncur ke acara IIBF dan menyaksikan MakSur menerima penghargaan novelnya, Aroma Karsa, yang menang kategori Book of The Year. Aku bersorak paling keras di sana. Dengan bangga.


Hari itu di IIBF, aku bersama dua kenalanku menghabiskan waktu di Zona Kalap (zona yang punya diskon 50%-80%) dan makan siang sambil berbincang. Hari itu juga, aku memborong sembilan buku. Aslinya 11 sih, karena dua lagi kubelikan untuk adikku Hafidz. Sembilan untukku semua. He he.


Setelah hari itu, aku berjanji untuk tidak membeli buku lagi setelah mendengar dompetku mulai menangis. Ya gimana, mau nggak mau harus hemat, lah! Tanggal 12 itu, ketika aku memilih-milih buku juga sebenarnya ada beberapa buku yang harus terpaksa kubalikkan ke tempatnya karena sudah melebihi budget. Selamat tinggal, chayank~


Besok lusa, tanggal 14, aku meluncur lagi ke IIBF. Kali ini bukan untuk membeli buku, kan aku sudah janji (ya walaupun kegoda-goda sedikit). Tapi untuk menghadiri talkshow Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie, penulis asal Indonesia yang karyanya sangat unik, seperti namanya. Iya, asal Indonesia. Gak nyangka kan? Haha sama, awalnya aku juga nggak tahu karena terkecoh namanya. Malah Ranu dan Anjar mengira dia orang Russia saat aku menyebut namanya. Hahaaa ketipu juga kalian.



Pada hari terakhir IIBF, tanggal 16, tebak aku ngapain? Yak, ke sana lagi, hehe. Awalnya aku ingin pergi sendiri diantar keluarga, kemudian keluargaku mau pergi ke mal. Tapi akhirnya jadi kami sekeluarga ke IIBF dan keluarga tidak jadi ke mal, soalnya aku berhasil membujuk mereka. Aku jadi senang karena keluarga jadi ikutan beli buku. Alhamdulillah, virus tersebar.


Saat itu, aku masih belum membeli buku lagi agar dompetku tidak menangis tambah kencang. Namun setelah salat maghrib dan isya, entah keajaiban salat atau rezeki anak solehah, atau gabungan keduanya, kata-kata ajaib keluar dari mulut papa.


"Erika kalau masih mau beli buku boleh, gak ada batasan harga." Wow. WOw. WOWWWWW, oke, atur nafas. TAPI GAK BISA! Aku langsung lompat dari tempat duduk.

"Serius pa???" Tanyaku basa-basi padahal sebenarnya udah kedengeran jelas.
"Iya," jawab papa.

Hafidz yang awalnya nggak begitu antusias dengan buku ikut kegirangan melihat kakaknya girang. Kami berdua langsung bergandengan dan lari macam lomba marathon, berusaha sesegera mungkin melahap buku-buku yang kami mau sebelum tutup. Aku berjumpa lagi dengan buku-buku yang awalnya kukembalikan. Halo lagi, chayank~


Aku tidak tahu kebaikan apa yang telah kulakukan hingga mendapat anugerah bertubi-tubi seperti ini. Dapat menghadiri acara literasi selama dua hari yang isinya orang hebat semua, ketemu banyak penulis kesukaanku, sampai dikasih kesempatan memborong buku tak terbatas! Ya Allah, terima kasih yang sangat banyak. Aku bahagia pake banget. Kuharap kalian juga dapat kesempatan serupa atau bahkan lebih baik dengan apa yang kalian suka.


Kalau kamu punya mimpi, simpan saja di hati, sambil berusaha mendapatkannya. Semesta mendengarkan, dan akan mewujudkannya di waktu yang tepat. Percayalah, aku sudah merasakannya.


No comments:

Post a Comment